Selamat Datang ke Weblog Dr Asmadi Mohamed Naim 'Nazil al-Qadah'

أهلا وسهلا ومرحبا بكم إلى موقع إلكتروني للدكتور أسمادي محمد نعيم نزيل القدح باللغة الماليزية



Thursday 15 March 2007

MEMPERTAHAN KHAZANAH ILMU ISLAM

Oleh:
Dr Asmadi Mohamed Naim
Dekan Fakultas Keuangan dan Perbankan, Universitas Utara Malaysia (UUM)

Ada tuduhan yang menyatakan, khazanah masa silam Islam sebagai penyebab kesesatan umat karena banyak bidah (baca bid'ah) diinformasikan terkandung di dalamnya. Islam dituduh mengalami kemunduran karena berpegang teguh kepada khazanah ratusan tahun hingga ada yang ingin agar Islam perlu disusun kembali.

Kalau alasan kemunduran digunakan, penulis yakin masyarakat Malaysia yang berpegang teguh pada Alquran dan Sunnah Nabi mengikuti fikih Mazhab Syafie, dan mengikuti aliran akhlak Imam al-Ghazali, adalah lebih maju dan bebas dari tekanan ekonomi Barat. Kalau dibandingkan negara Arab yang kaya minyak dan menganggap mengikuti Alquran dan Sunnah sepenuhnya, kita lebih berada di depan dari sudut kemajuan dan bebas dari ketergantungan ekonomi dengan Barat.

Kalau alasan bidah akidah yang dikaitkan, ulama sejak dari zaman ke zaman memang lebih awal menolak perbuatan bidah syirik yang menduakan Allah SWT, memuja kubur, memuja pantai, memuja syeikh, dan penambahan dalam perkara utama agama. Ulama mana yang membenarkan perlakuan seperti itu?

Namun, kalau kesesatan atau bidah yang dimaksudkan adalah karena masyarakat membaca zikir bersama-sama, berdoa bersama-sama, baca surah Yasin malam Jumat, mengadakan tahlil, dan maulid, talkin, maka ini adalah masalah cabang (furu' khilafiyyah) yang tidak pernah selesai sejak dulu.

Apakah karena isu bidah kecil, masyarakat Islam harus berpecah-belah dengan dicap sesat, masuk neraka? Padahal masyarakat Islam berhadapan dengan isu yang jauh lebih besar, yaitu kemerosotan kebangkitan Islam yang hebat pada era 80-an dan 90-an. Kemerosotan ini membawa kepada merebaknya gejala sosial, anak di luar nikah, dan fenomena murtad.

Menyusun kembali Islam dalam bentuk baru menjadi teriakan sebagian pihak dengan alasana bahwa Islam yang hakiki telah diselewengkan oleh ulama silam! Semoga Allah SWT mengampunkan mereka yang membuat tuduhan umum itu kepada ulama Islam masa lalu.

Adakah Islam itu seperti yang dipraktekkan oleh sebagian negara Arab yang membidahkan perkara cabang tadi. Kalau paket ini yang dimaksudkan, masyarakat sebenarnya dimasukkan dalam satu pertengkaran yang cukup bahaya yang terjadi sejak ratusan tahun. Banyak waktu perlu dikorbankan untuk berhadapan dengan isu sesat-menyesatkan pada permasalahan zikir, doa, tahlil, maulid, dan sebagainya.

Secara fakta, generasi sahabat Rasulullah SAW adalah golongan yang paling berotoritas dan lebih memahami penafsiran Alquran dan penjelasan hadis. Fakta ini dipegang kukuh oleh ulama di atas sifat generasi sahabat yang pernah hidup di zaman kenabian.

Gagasan mengetepikan khazanah ilmu Islam biasanya datang dari mereka yang tidak pernah mendalami khazanah itu. Tidak pernah ada anjuran dari ulama terkenal seperti Sheikh al-Buti, al-Qardawi, al-Zuhayli, al-Jaburi, al-Asyqar dan lain-lain supaya mengetepikan khazanah yang berharga itu. Tradisi ilmu ulama adalah berpegang kepada Alquran dan Sunnah.

Sekiranya sesuatu isu tidak dikatakan dalam Alquran dan Sunnah secara langsung, mereka merujuk kepada fatwa sahabat. Sekiranya tidak ada, mereka akan melihat hukum yang dikeluarkan ulama dan dalil dalam kitab mereka. Inilah tradisi ilmu ulama.

Tanpa tradisi ini, seseorang sebenarnya menafsirkan Alquran dan Sunnah mengikut akal masing-masing dan berdasarkan pemahaman dangkal setiap individu. Hal itu dapat membawa kesesatan seperti timbulnya kelompok sesat yang menafsirkan Alquran dan Sunnah di luar konteks yang sebenarnya.



Sumber Koran Republika Indonesia, 28 Februari 2007
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=284416&kat_id=411

No comments:

Post a Comment